Saturday, October 31, 2009
Today's Activity
Iseng2 lagi mau bayar tagihan telpon
trus ada free demo speedy
kayaknya gak banyak yang tertarik nyoba
akhirnya iseng2 posting blog
disini antrian customer servicenya banyak bgt
masih ada 7 orang lagi sebelum gw
jd kayaknya masih banyak waktu ngblog lagi
itu klo gw gak tau diri
ngga mau gantian sama yang lain
hehehehe
Friday, October 30, 2009
Thursday, October 29, 2009
Monday, October 26, 2009
Tidur Siang Yang Terganggu
Sial bener!
Udah niat hati makan di dalem
1/2 1-an baca majalah 'bentar trus bobo
Biasanya dapet tuh sampe jam 2 paling banter
Apa daya tidur siang kali ini cuma 25 menit!!
itu karena boss gw kurang kerjaan
makan siangnya 'bentar banget
jam 1.15 uda balik kantor
Alhasil, dibangunin secara tak kasat mata
tapi bikin gw langsung terjaga penuh
sampe arwahnya ngga punya waktu lama buat ngumpulin kesadaran
Seebeell...!!!
Udah niat hati makan di dalem
1/2 1-an baca majalah 'bentar trus bobo
Biasanya dapet tuh sampe jam 2 paling banter
Apa daya tidur siang kali ini cuma 25 menit!!
itu karena boss gw kurang kerjaan
makan siangnya 'bentar banget
jam 1.15 uda balik kantor
Alhasil, dibangunin secara tak kasat mata
tapi bikin gw langsung terjaga penuh
sampe arwahnya ngga punya waktu lama buat ngumpulin kesadaran
Seebeell...!!!
Monday, October 19, 2009
Menjelang jam pulang kantor...
Makan siangku hari ini
Does anybody seen my missing shoes?
Friday, October 16, 2009
Friendship
Thursday, October 15, 2009
Ngemil Gratisan
Monday, October 12, 2009
H-I-D-U-P 3
akhirnya...
ada 2 kapal yang mendekat
yang satu ukurannya besar
ternyata ia sedang menarik sebuah kapal
yang berukuran sebesar kapal kami tapi lebih kokoh
Kapal yang besar bilang bersedia menolong kami
dengan cara memberikan kapal yang mereka bawa
untuk kami naiki dan kemudikan sampai ke pelabuhan
ah, pertolongan datang juga
walau badai belum selesai
langit masih mendung, petir masih menyambar
walau hujan tinggal gerimis...
ada 2 kapal yang mendekat
yang satu ukurannya besar
ternyata ia sedang menarik sebuah kapal
yang berukuran sebesar kapal kami tapi lebih kokoh
Kapal yang besar bilang bersedia menolong kami
dengan cara memberikan kapal yang mereka bawa
untuk kami naiki dan kemudikan sampai ke pelabuhan
ah, pertolongan datang juga
walau badai belum selesai
langit masih mendung, petir masih menyambar
walau hujan tinggal gerimis...
Friday, October 09, 2009
Thursday, October 08, 2009
Tuesday, October 06, 2009
Pasca Gempa Padang
Selasa, 6 Oktober 2009 | 07:22 WIB
Sembari mengambil napas, Kasman beristirahat sejenak. Ia memindahkan kardus berisi bahan makanan dari tangan kiri ke tangan kanannya. Sekarang tangan kirinya membawa satu plastik besar berisi sayuran, bahan lauk-pauk, dan berbagai jenis bahan pembuat bumbu lainnya.
Buyung, anaknya, kelelahan menjinjing jeriken berisi minyak tanah. Ia berjalan terseok di belakang ayahnya. Ayah dan anak ini sudah berjalan hampir 5 kilometer dari simpang tiga Padang Alai, tempat terakhir kendaraan bisa menggunakan jalan. Dari Padang Alai menuju rumah Kasman di Korong atau Dusun Koto Tinggi, jalan tak bisa dilalui kendaraan lagi. Tanah longsor telah memutus jalan tersebut di beberapa titik. Kasman dan Buyung harus berhati-hati karena bekas longsoran tanah juga menghalangi jalan yang belum terputus. Sisa hujan membuat tanah bekas longsoran juga sangat licin. Bila tak hati-hati, jurang di sisi jalan bisa membuat mereka meregang nyawa. Bukan oleh gempa, tetapi tergelincir ke dalam jurang dengan kedalaman 100 meter lebih.
Sudah dua hari terakhir Kasman bersama Buyung rutin berjalan kaki melalui rute Padang Alai-Koto Tinggi yang berjarak sekitar 10 kilometer. Meski memiliki sepeda motor, Kasman tak mungkin bisa menggunakannya lagi untuk berbelanja berbagai barang yang dijual di warung kecil di depan rumahnya. Putusnya jalan dan timbunan tanah longsor membuat ia bersama anaknya harus rela berpeluh mengisi kebutuhan di warung kecilnya. ”Tak mungkin kami harus terus berpangku tangan menunggu bantuan. Sebagian memang barang belanjaan untuk keperluan sehari-hari, sisanya untuk bahan berjualan kecil-kecilan kami,” ujar Kasman.
Jauh dari rumah Kasman di Koto Tinggi, situasinya justru sangat kontras. Perjalanan dari Kota Pariaman menuju Padang Alai relatif mulus meski tetap harus berhati-hati karena retakan jalan akibat gempa membuat sebagian jalan ikut longsor. Sepanjang jalan, anak-anak mulai usia tiga tahun hingga para pemuda membawa kardus bertuliskan ”mohon bantuan” kepada setiap pengendara yang lewat. Pemandangan ini tersaji hampir di seluruh sudut Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Ada pula sekelompok pemuda yang menunggu di retakan jalan dan memandu pengendara mobil agar tidak melewati lubang retakan jalan. Mereka berharap belas kasih dari pengemudi yang mereka pandu menghindari retakan jalan. Mereka yang menunggu bantuan memang tak bisa disalahkan karena lambannya bantuan datang, terutama ke pelosok Kabupaten Padang Pariaman, tempat dampak gempa Sumatera paling parah terjadi. Bahkan, di Koto Tinggi, bantuan baru datang hari Minggu (4/10).
Masyarakat yang sebagian besar bertani tak bisa lagi mengerjakan sawah mereka yang hancur karena tanah longsor. Kayu manis yang telah bertahun-tahun menjadi sumber penghasilan warga di punggung Gunung Singgalang tak lagi diambil para pengumpul dari Padang. ”Sudah tak ada lagi yang membeli kayu manis kami. Terpaksa kami biarkan begitu saja di depan rumah. Kami masih menunggu bantuan secepatnya datang. Apalagi jalan ke desa kami terputus dari mana-mana,” ujar Zul Effendi, pemuda di Dusun Koto Tinggi.
Namun, meski sebagian besar warga masih berharap uluran tangan membantu penderitaan mereka, ada juga korban gempa seperti Kasman yang tak mau berpangku tangan menunggu bantuan datang. Kasman tak dilenakan oleh penderitaan mahahebat yang menimpa keluarga dan tetangga-tetangganya. ”Allah tak akan menguji umat-Nya di luar batas kemampuan. Saya masih mampu bekerja meski rumah saya hancur akibat gempa,” ujarnya.
Kasman tak sendiri. Tak jauh dari Padang Alai, Nasarudin setiap pagi hingga sore memarkir sepeda motornya di dekat Pasar Kecamatan Lima Koto Timur. Sejak gempa mengguncang, Nasarudin kehilangan sementara pekerjaannya. Sebagai sopir angkot yang melayani rute Padang Alai-Pariaman, Nasarudin tak bisa bekerja. Pemilik angkot untuk sementara tak mengoperasikan mobilnya. ”Biasanya memang ada angkot untuk rute Padang Alai-Pariaman. Tetapi, sejak gempa, angkot tak lagi jalan sampai sekarang,” kata Nasarudin.
Berhenti sementara menjadi sopir angkot berarti Fitriani, istrinya, dan ketiga anak mereka, Risko (1), Riska (6), dan Rizki (10), bisa tak makan. Nasarudin menjadi tulang punggung keluarga selama ini. ”Dari mana kebutuhan sekolah anak terpenuhi kalau saya tak bekerja. Tak apa-apa saya jadi tukang ojek sementara ini. Anak dan istri harus tetap hidup,” ujarnya.
Seperti Kasman, Nasarudin juga kehilangan rumah karena hancur diguncang gempa. ”Hilang rezeki dari Allah jika kami tak bekerja,” kata Nasarudin. Penghasilan sebagai tukang ojek memang tak tentu. Terkadang hanya Rp 40.000 sehari. Namun, jika beruntung, ia bisa membawa pulang Rp 60.000 sehari. ”Yang penting, kami bisa melanjutkan hidup,” ucapnya.
Sumber : Kompas.com
Today's Lunch
Makan siang hari ini di dalam kantor aja
Tadi titip Mba Kia untuk bliin gado-gado
Sebenarnya gado-gado di P1PP lumayan enak
tapi kalau minta tolong Mba Kia kesana kejauhan
Jadinya nyobain gado-gado di KopKar deh
Enak juga dan porsinya pas buat gw
yang paling seru adalah krupuknya. Banyak!
(PS: gw ga punya gambar aslinya. jd cari di google aja deh.)
Musim Hujan
Monday, October 05, 2009
Pening karenanya
kata Whitney Houston :
...for every win someone must fail
but there's come a point when we exhaled..
sometimes you'll laugh and sometimes'll you cry
life never tells us the when's or why's
but when you've got friends to wish you well
you'll find your point and you will exhale..
Ah, kehidupan ini..
...for every win someone must fail
but there's come a point when we exhaled..
sometimes you'll laugh and sometimes'll you cry
life never tells us the when's or why's
but when you've got friends to wish you well
you'll find your point and you will exhale..
Ah, kehidupan ini..
Friday, October 02, 2009
Photo Session
BATIK
Udah dari bulan lalu para sekretaris di kantor gw koar-koar mengumumkan kalau tgl 2 Oktober ini disarankan untuk ber-batik ria. Hampir semua orang-orang di kantor menyambut baik ide ini. Bahkan ada yang bela-belain pergi ke Exim atau Plangi atau Ambasador untuk beli baju batik (padahal gw yakin sebelumnya mereka pasti udah punya) untuk dipakai di tgl 2. Jelas hari itu pasti special sekali.
Hari ini (tgl 2 Oktober), gw lihat berbagai macam model, corak dan warna batik berjalan di gedung ini. Yang cowo, yang cewe, yang tua, yang muda, yang cantik, yang ganteng semuanya berbatik ria. Ditambah dikenakan dengan rasa pede dan bangga yang bisa membuat orang yang ngga kompakan pake batik jadi minder.
Semua dikarenakan tanggal 2 Oktober adalah hari dipatenkannya Batik sebagai warisan budaya dari Indonesia oleh UNESCO. Setelah wayang dan keris yang udah duluan dipatenkan. Kita semua bangga setengah mati karenanya. Rasa nasionalisme sebagai bangsa Indonesia mencuat tinggi. Padahal dulu ngga gini-gini banget.
Jadi inilah bias yang lain dari ulah Malaysia yang seenaknya aja ngklaim batik itu punya mereka (masih emosi). Kalau Malaysia ngga menyulut api, mungkin aja rasa nasionalisme kita masih suam-suam kuku.
Thursday, October 01, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)